Selasa, 15 Januari 2013


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami Panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini dapat digunakan untuk menunjang kegiatan peserta didik maupun individu dalam kegiatan belajarnya, sehingga diharapkan dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai globalisasi dan budaya ekonomi serta dampak – dampaknya.
          Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga memerlukan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.
          Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.


Medan, 15 Januari 2013


Penyusun











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………   i
BAB  1       PENDAHULUAN ………………………………………….    1
A.   Latar Belakang …………………………………………..   1
B.   Rumusan Masalah ……………………………………….   2
C.   Tujuan ……………………………………………………   2
BAB  II       PEMBAHASAN TENTANG GLOBALISASI …………….   2
A.   Sejarah Globalisasi ………………………………………   2
B.   Pengertian Globalisasi …………………………       ………...     3
C.   Ciri – Ciri Globalisasi …………………………………...   3
D.   Teori Globalisasi ………………………………………...   4
E.    Jenis – Jenis Globalisasi …………………………………   4
F.    Modernitas ……………………………………………….   7
G.   Reaksi Masyarakat Terhadap Globalisasi ………………..          8
H.   Dampak – Dampak Dari Globalisasi ……………………..          9
BAB  III      PEMBAHASAN TENTANG BUDAYA KONSUMEN …….         11
A.   Sejarah Budaya Konsumen / Konsumerisme ……………..         11
B.   Pengertian Budaya Konsumen …………………………… 11
C.   Ciri – Ciri Budaya Konsumen …………………………….          12
D.   Perspektif  Budaya Konsumen ……………………………          12
E.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi ……        12
F.    Individualisme Baru Dalam Masyarakat Konsumen………        13
G.   Dampak Dan Solusi Dari Budaya Konsumen …………….         13
BAB  IV     PENUTUP …………………………………………………… 14
                   KESIMPULAN ………………………………………………  14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 15
 
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dunia berkembang secara dinamis, terus berubah tanpa ada yang bisa mengontrol gerak lajunya. Perkembangan yang dimaksud kini memasuki era di mana dunia terasa menjadi semakin kecil, dunia menjadi sebuah desa global, di mana segala macam informasi, modal, dan kebudayaan bergerak secara cepat, tanpa halangan batas-batas kedaulatan. Kemajuan tersebut dinamakan sebagai globalisasi.
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan.
Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global. Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.



B. RUMUSAN MASALAH
Adanya globalisasi menimbulkan masalah di  berbagai bidang di kehidupan kita. Antara lain masalah dibidang ekonomi, politik, dan budaya, contohnyan terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa, dan lain - lain.
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui pengaruh globalisasi di berbagai bidang;
2.      Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia agar menjunjung tinggi nilai-nilai ekonomi yang berdasarkan semangat kekeluargaan, musyawarah mufakat, dan gotong royong.
3.      Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia khususnya golongan remaja agar menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa.

BAB II
PEMBAHASAN TENTANG GLOBALISASI
A.   SEJARAH GLOBALISASI
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.
B.   PENGERTIAN GLOBALISASI
Globalisasi adalah mengintensifnya hubungan – hubungan social dari dunia, dimana tempat – tempat yang berjauhan dapat saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit, di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara.
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Banyak orang yang memiliki berbagai sudut pandang yang berbeda mengenai pengertian globalisasi.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa perubahan ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:

  • Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
  • Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
  • Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
  • Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
  • Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

C.   CIRI – CIRI GLOBALISASI
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.

Ø  Perubahan dalam ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Ø  Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
Ø  Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
Ø  Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

D.   TEORI GLOBALISASI
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
  1. Para globalis. Yaitu masyarakat yang percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
v  Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
v  Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).

2.       Para tradisionalis. Yaitu masyarakat yang tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.

3.       Para transformasionalis. Yaitu masyarakat yang berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

E.   JENIS – JENIS GLOBALISASI

1.        Globalisasi ekonomi
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
ü  Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
ü  Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitrausaha dari manca negara.
ü  Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas. Kehadiran tenaga kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja.
ü  Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera global.
ü  Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, dan ketat.
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia.

2.     Globalisasi Sosial dan Budayaan

Globalisasi kebudayaan berkembang seiring dengan perkembangan kapitalisme global dan transparansi informasi. Dalam bidang kebudayaan globalisasi dituduh gagal dalam menciptakan dan mempertahankan keanekaragaman budaya. Cita-citanya untuk menghargai perbedaan dan tercapainya keadilan bagi semua umat manusia ternyata tidak sesuai dengan realitas yang sedang terjadi, karena justru kecenderungan globalisasi adalah penyeragaman. Karena itu, keanekaragaman budaya dan masyarakat hanya tinggal konsep tanpa realitas (Sobrino dan Wilfred dalam Concilium 2001/5: 12). Globalisasi tidak hanya mempengaruhi sisi luar kebudayaan, yakni keanekaragaman budaya, akan tetapi juga menyangkut hakikatnya, yakni cara pandang kita tentang kenyataan dan kebenaran. Menurut Jean Baudrillard, dalam globalisasi kebudayaan kebenaran dan kenyataan menjadi tidak relevan dan bahkan lenyap. Contohnya bisa dilihat dalam dunia hiburan di mana kebudayaan direduksi menjadi sebatas iklan dan tontonan media massa. Bagi Anthony Giddens, globalisasi terjadi manakala berbagai tradisi keagamaan dan relasi kekeluargaan yang tradisional berubah mengikuti kecenderungan umum globalisasi, yakni bercampuraduk dengan berbagai tradisi lain. (Giddens, 2000: 4). Proyek penyeragaman budaya dalam globalisasi tidak bisa dibatasi pada keidentikan dengan budaya Barat terhadap budaya Timur.
      Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi.
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi.
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ). Sub-kebudayaan Punk dan Korean style, adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang secara global pada saat ini.
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
  • Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
  • Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
  • Berkembangnya turisme dan pariwisata.
  • Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
  • Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
  • Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
  • Persaingan bebas dalam bidang ekonomi.
  • Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa.
3.      Globalisasi Politik
Kedaulatan negara merupakan ide dari proses transformasi bentuk negara di dunia. Ide ini dimulai dari tingkatan non politik, hubungan antar masyarakat sampai kebutuhan untuk mengeksiskan sumberdaya di sebuah negara dan kemungkinan pergantian konsep pemerintahan. Peningkatan hubungan ekonomi dan kebudayaan antar negara mengurangi kekuasaan dan keaktifan pemerintah pada tingkat negara-bangsa dan pemerintahan. Sehingga pemerintah tidak dapat lagi menghegemoni pemikiran dan bentuk-bentuk perekonomian pada wilayahnya. Akhirnya instrumen-instrumen yang telah dibangun pemerintah menjadi tidak efektif.
Kekuatan demokrasi (yang dipahami sebagai kekuatan massa) memakai media partai sebagai corong pembelaan ideologinya. Partai sendiri mencoba untuk mengatur kesejahteraan anggota partainya masing-masing. Untuk itu perlu stabilitas politik yang mantap. Konsep stabilitas politik yang mantap, bukan hanya trade mark penganut Rostowian, fenomena negara-negara komunis pun menunjukkan hal yang serupa.
Sebagai langkah taktis maka negara telah membuat beberapa kerangka kebijakan. Kebijakan tersebut dijabarkan oleh Waters (1995) menjadi :
1. Pembangunan kapasitas negara itu sendiri, sehingga pemberdayaan swasta menjadi sektor yang penting. Di titik ini negara hanya berperan untuk mancerdaskan masyarakatnya dengan melakukan pendidikan politik.
2.  Kedua tempat atau kekuasaan negara menjadi tersembunyi dibalik kekuasaan para birokrat.
3.  Ketiga intervensi dari negara cenderung merusak kestabilan dan mekanisme pasar.
4.  Keempat negara tidak mampu lagi memberikan kemanan seperti terorisme, sindikat obat-obatan, AIDS dan lingkungan.
Dengan persekutuan internasional, negara menjadi lebih berbahaya dari keamanan. Hal ini membagi dunia kepada permusuhan dimana komitmen pengadaan teknologi militer mempunyai satu tujuan.
Globalisasi politik ini menjadikan negara mengalami disetisasi atau pelemahan negara. Kelompok pendukung negara mulai melokal. Komunitas perdagangan menjadi mengecil dan digantikan oleh kepentingan lokal dan menjadi inisiatif warga negara.
Akibat globalisasi, ada beberapa masalah yang dulu dianggap lokal menjadi masalah global. Isu masalah ini sangat sensitif dan krusial, sehingga sering kali mengundang intervensi dari suatu negara ke negara lain. Padahal setiap negara mempunyai hak yang absolut untuk menentukan otonomi dari suatu negara.
F.    MODERNITAS
Globalisasi mempunyai hubungan dengan modernitas dan budaya industry barat yang dilandasi oleh pemikiran rasional, ilmu dan teknologi yang berakar pada abad ke-17 dan 18 di Eropa yang kemudian membawa pengaruhnya ke seluruh dunia.
Secara historis, modernitas  merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika.
Menurut Wilbert E Moore modernitas mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomi dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil. Sementara itu, menurut J W School, modernitas adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya. Karakteristik umum modernitas yang menyangkut aspek-aspek sosio-demografis masyarakat dan aspek-aspek sosio-demografis digambarkan dengan istilah gerak sosial (social mobility). Artinya suatu proses unsur-unsur sosial ekonomis dan psikologis mulai menunjukkan peluang-peluang ke arah pola-pola baru melalui sosialisasi dan pola-pola perilaku. Perwujudannya adalah aspek-aspek kehidupan modern seperti misalnya mekanisasi, mass media yang teratur, urbanisasi, peningkatan pendapatan perkapita dan sebagainya.
Institusi – institusi sosial modern dalam beberapa hal unik yang berbeda bentuknya dari semua jenis tatanan tradisional. Akibatnya adalah diskontinuitas, terpisahnya institusi – institusi social modern dari tatanan tradisional.
Diskontinuitas adalah perkembangan bersifat tidak berkesinambungan. Perkembangan diskontinuitas ini merupakan proses perkembangan yang melibatkan proses - proses berbeda secara kualitatif. Perubahan - perubahan seseorang terjadi secara tiba - tiba dari suatu tahap ke tahap berikutnya. Jadi, memang sangat berbeda dengan perkembangan kontinuitas tadi yang tahapannya saling mempengaruhi.
Sebagai contoh perkembangan yang bersifat diskontinuitas yaitu tahap - tahap perkembangan cara berpikir anak. Perkembangan ini tidak menggambarkan adanya perbedaan pada tahap sebelumnya secara kuantitatif, melainkan secara kualitatif tetapi bukan sekedar dari pengalaman - pengalaman sebelumnya.

Diskontinuitas dapat diidentifikasi melalui :
a.       Perubahan yang sangat cepat : terutama perubahan dalam bidang teknologi, dan lain – lain.
b.      Lingkup perubahan yang terkoneksi satu sama lain : perubahan social memasuki keseluruhan muka bumi tanpa izin.
c.       Sifat intrinsik dari institusi modern : system politik nation-state, ketergantungan besar – besaran dari produksi atas sumber – sumber energy non hidup, komodifikasi sempurna produk – produk dan tenaga kerja.


Diskontinuitas – diskontinuitas dari Modernitas :
a.       Perentangan Waktu dan Ruang
Semakin berkembangnya teknologi komunikasi sekarang ini waktu dan ruang benar – benar dapat terpisah. Artinya, kapan dan dimana saja orang dapat berkomunikasi dengan orang – orang yang jaraknya beribu – ribu mil jauhnya. Pada keadaan ini terjadi diskontinuitas karena ketidak-hadiran orang dalam berkomunikasi. Kontrol social dari orang – orang di suatu ruang sebagai penjaga tradisi tidak hadir.
b.      Mekanisme Pencabutan Hubungan – hubungan Sosial
Ada dua tipe mekanisme pencabutan hubungan – hubungan social, yaitu :
1.   Tanda – tanda simbolik
Uang sebagai media pertukaran yang lain denga system barter. Uang berperan sebagai transaksi antara agen – agen yang terpisah antara ruang dan waktu.
2.   Sistem ahli
Sistem ahli adalah kepandaian teknik atau keahlian professional yang mengorganisir bidang luas yang berhubungan dengan benda – benda pendukung kehidupan. Misalnya membuat rumah diserahkan kepada ahli arsitektur. Kepercayaan ini merupakan perentangan social karena konteks social tidak hadir dalam membahas tentanf suatu konstruksi rumah.

Institusi – Institusi Pendukung Modernitas

v  Kapitalisme
Kapitalisme merupakan suatu sistem ekonomi dimana yang menjadi penguasa pelaku ekonomi adalah mereka yang memiliki modal besar. Kapitalisme adalah sistem produksi komoditas, yang terpusat pada relasi antara kepemilikan modal pribadi dan pekerja upahan yang tidak menguasai hak milik, relasi ini membentuk proses utama sisten kelas. Kapitalisme pada kesempatan ini turut menjadi institusi pendukung dari modernitas karena perubahan fungsi dan struktur sosial yang terjadi di masyarakat.
v  Industrialisme
Industrialisme adalah suatu kondisi dimana usaha industri mengalami perkembangan pesat di kehidupan masyarakat global. Industrialisme turut menjadi salah satu institusi pendukung modernitas karena pemakaian sumber-sumber kekuasaan material yang tidak berjiwa dalam produksi barang, yang dipadukan dengan peran sentral mesin dalam proses produksi.
v  Pengawasan

v  Kekuatan militer

G.  REAKSI MASYARAKAT TERHADAP GLOBALISASI

a)    Gerakan pro-globalisasi
Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efesien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-larangan dan kebijakan proteksi dari pemerintah suatu negara. Di satu sisi, kebijakan ini dapat melindungi produksi dalam negeri, namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang impor sehingga sulit menembus pasar negara yang dituju. Para pro-globalisme tidak setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka menginginkan dilakukannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat ditekan, akibatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan meningkat, kemakmuran akan meningkat dan begitu seterusnya.
Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank Dunia dan IMF, mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu negara, bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak pinjaman yang mereka berikan jatuh ke tangan para diktator yang kemudian menyelewengkan dan tidak menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang negara, dan sebagai akibatnya, tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingkat kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor, sehingga laju globalisasi akan terhambat dan menurut mereka mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia.
b)    Gerakan antiglobalisasi
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Antiglobalisasi" dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Namun, orang-orang yang dicap "antiglobalisasi" sering menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah lainnya.

H.  DAMPAK DAMPAK DARI GLOBALISASI

1)    Dampak globalisasi di bidang ekonomi

Dampak – dampak positif globalisasi di bidang ekonomi antara lain :

§  Produksi global dapat ditingkatkan
Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif' dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
§  Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu Negara
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
§  Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
  • Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
  • Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
Dampak – dampak negatif globalisasi di bidang ekonomi antara lain :
  • Menghambat pertumbuhan sektor industri
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
  • Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
  • Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
  • Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.
·        Terhapusnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyak produk luar negeri yang beredar di Indonesia.

2)    Dampak globalisasi dibidang politik

Dampak – dampak positif globalisasi di bidang politik antara lain :
v  Meningkatnya hubungan diplomatik antar negara.
v  Kerjasama antar negara jadi lebih cepat dan mudah. 
v  Meningkatnya ketahanan politik, transparansi, akuntabilitas dan professional dalam penyelenggaraan negara.
v  Semakin banyaknya lahir partai politik dan LSM sebagai sponsor atau penyaluran aspirasi rakyat.

Dampak – dampak negatif globalisasi di bidang politik antara lain :
v  Semakin meningkatnya nilai-nilai politik individu, kelompok, oposisi, diktator mayoritas atau tirani minoritas.
v  Timbulnya fanatisme rasial, etnis dan agama dalam forum dan organisasi.
v  Timbulnya unjuk rasa atau demonstrasi yang semakin berani dan terkadang mengabaikan kepentingan umum.
v  Adanya konspirasi internasional, artinya pertentangan kekuasaan dan percaturan politik internasional selalu mengarah kepada persekongkolan.
v  Lunturnya nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan, musyawarah mufakat, dan gotong royong.



3)    Dampak globalisasi di bidang sosial budaya

Dampak – dampak positif globalisasi di bidang sosial budaya antara lain :
ü Terjadinya kontak budaya melalui media massa yang dapat memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain.
ü Terdapat banyak bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu yang dimodifikasi dengan kesenian modern untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern.

Dampak – dampak negatif globalisasi di bidang sosial budaya antara lain :
ü Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar.
ü Berbagai tradisi keagamaan dan relasi kekeluargaan yang tradisional berubah mengikuti kecenderungan umum globalisasi, yakni bercampuraduk dengan berbagai tradisi lain.
ü Terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa.
ü Erosi nilai-nilai budaya.
ü  Terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.

BAB III
PEMBAHASAN TENTANG BUDAYA KONSUMEN
A.   SEJARAH BUDAYA KONSUMEN / KONSUMERISME

Budaya konsumerisme/ konsumen dilatar belakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul dengan liberalisme. Budaya konsumen/konsumerisme yang merupakan jantung dari kapitalisme adalah sebuah budaya yang didalamnya terdapat bentuk halusinasi, mimpi, artifilsialitas, kemasan wujud komoditi, yang kemudian dikonstruksi sosial melalui komunikasi ekonomi ( iklan, show,media, dan ) sebagai kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme.
Kapitalisme global mulai berkembang pesat, segera setelah ‘Perang Dingin’ yang berakhir tahun 1980-an. Hal-hal tersebut merupakan pemicu utama berkembangnya kapitalisme global atau globalisasi ekonomi yang diawali dengan pertemuan General Agreement on Trade and Tarrif (GATT) di Maraquesh, Maroko, 1993. Robert Heilbroner dalam bukunya 21st Century Capitalisme (1993) menyatakan bahwa dalam diri kapitalisme itu sendiri ada daya gerak atau pembangkit yang selalu bekerja menghasilkan perubahan yang konstan dengan tujuan yang jelas (Heilbroner, 1993: 41). Kapitalisme global sebenarnya merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari kapitalisme klasik yang telah dikritik oleh Karl Marx. Kalau dalam kapitalisme klasik ruang lingkup atau jangkauan kekuasaannya hanya dalam satu negara, maka dalam kapitalisme global dunia seakan tidak mempunyai sekat-sekat kedaulatan lagi.

B.   PENGERTIAN BUDAYA KONSUMEN

Budaya konsumen merupakan suatu hal yang menarik utuk dikaji karena terkait dengan budaya pop karena budaya konsumen ini mengacu seperti budaya pop yaitu bersifat massal. Budaya konsumen itu sendiri diciptakan dan ditujukan kepada negara-negara berkembang guna menciptakan sebuah poal hidup masyarakat yang menuju hedonisme. Budaya konsumen itu sendiri terjadi sudah lama dinegara-negara maju dan kini mulai banyak ditinggalkan oleh masyarakat dan khususnya kelas intlektual di negara maju, budaya konsumen banyak dijumpai diamerika karena amerika merupakan negara yang mencetuskannya dengan tujuan terciptanya imperialisme kebudayaan / kebudayaan kapitalis, serta perubahan kebudayaan yang diukur melalui nilai-nilai materialisme.
Budaya konsumen juga dapat diartikan pula sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh seorang konsumen. Adapun budaya konsumen menggunakan image, tanda-tanda dan benda-benda, simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi, keinginan dan fantasi yang menegaskan keauntentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal menyenangkan diri sendiri bukan orang lain; secara narsistik.
Budaya konsumen merupakan tatanan simbolik dan makna sebagai alat untuk merespon suatu keadaan yang dipenuhi oleh berbagai barang konsumsi yang dihasilkan oleh industri. Respon – respon ini melahirkan perilaku dan gaya hidup tertentu.

C.   CIRI – CIRI BUDAYA KONSUMEN

a.       Matrealistis, mengungkapkan kemiskinan rohaniah dan mementingkan konsumsi barang – barang. Mengglobalnya supermarket, minimarket, mall, pasar raya, dan pusat perbelanjaan lainnya.
b.      Berperannya media massa, seperti surat kabar, majalah, televise yang mampu menciptakan dan menyebarkan kesan tanpa henti.

D.   PERSPEKTIF BUDAYA KONSUMEN
Dalam budaya konsumen terdapat tiga macam perspektif, yaitu :
1.      Produksi konsumsi
            Pandangan bahwa konsumen dipremiskan dengan ekspansi produk komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat belanja dan konsumsi. Para kapitalis perlu membangun pasar – pasr baru dan pendidikan public agar menjadi konsumen melalui periklanan dan media yang lain. Periklanan mampu mengeksploitasi kondisi – kondisi dan memberikan image – image pencitraan, eksotika, nafsu, kecantikan untuk menyebarkan benda – benda konsumsi.
2.      Mode – mode konsumsi
Pandangan bahwa masyarakat mempunyai cara-cara yang berbeda dalam menggunakan benda-benda untuk menciptakan ikatan-ikatan atau perbedaan masyarakat. Dalam mode-mode konsumsi terdapat logika konsumsi, yaitu cara yang terstruktur secara sosial dimana benda-benda digunakan untuk membatasi hubungan sosial. Dalam logika konsumsi ini, benda konsumsi sebagai komunikator yang mampu menunjukkan identitas atau status sosial ketika konsumen mampu membelinya atau memilikinya. Biasanya produsen membuat suatu benda yang sulit didapat karena edisinya terbatas, maka tidak setiap orang dapat memilikinya. Hanya orang – orang kalangan menengah atas dimana mereka mempunyai modal/uang, kekuasaan dan ekonomi yang dapat memilikinya. Disinilah orang menggunakan benda untuk menarik batas golongan social.
3.      Estetika dunia kehidupan
Adanya masalah kesenangan emosional untuk konsumsi, mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakan dalam bentuk budaya konsumsi dan tempat-tempat konsumsi tertentu  yang secara beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis.

E.   FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA KONSUMSI

Ada tiga factor yang mempengaruhi pola konsumsi, antara lain :
1)      Konsumen Individu.
Konsumen individu biasanya melakukan pemilihan merek yang dipengaruhi oleh :
a.       Kebutuhan konsumen,
b.      Persepsi ataskarakteristik merek,
c.       Sikap kearah pilihan,
d.      Demografi konsumen,
e.       Gaya hidup, dan
f.       Karakteristik personalia.
2)      Pengaruh Lingkungan.
a.       Budaya (norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan),
b.      Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen),
c.       Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan
d.      Faktor menentukan yang situasional ( situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
3)      Marketing strategi
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam
a.       Memberitahu dan mempengaruhi konsumen,
b.      Barang,
c.       Harga,
d.      Periklanan, dan
e.       Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran.


F.    INDIVIDUALISME BARU DALAM MASYARAKAT KONSUMEN

Masyarakat konsumen yang hidup dari tanda-tanda yang ditawarkan oleh globalisasi pada gilirannya akan menjadi masyarakat yang menganut individualism baru. Individualisme baru ini muncul sejalan dengan berkembangnya liberalisme dalam kapitalisme global. Dalam liberalisme awal muncul individualisme klasik yang masih identik dengan kaum kapitalis. Liberalisme awal menawarkan konsep tentang kebebasan individu termasuk di dalamnya kebebasan hak milik yang masih terbatas dalam sekat-sekat kedaulatan suatu negara. Maksudnya, kebebasan yang dimaksud masih berkaitan dengan posisi individu ketika berhadapan dengan negara. John Locke, seorang pemikir liberalisme, melihat kebebasan sebagai suatu keadaan alamiah manusia. Dalam hal ini suatu benda dikatakan sebagai milik satu orang ketika benda itu didayagunakan atau diberi nilai tambah oleh orang tersebut (Franz Magnis-Suseno, 1987: 123-124).
Sejarah kemudian mencatat bahwa pertarungan antara liberalisme-individualisme klasik di satu pihak dengan marxisme-sosialisme di pihak lain mengahasilkan suatu kesadaran baru dalam dunia kapitalis yang terejawantah dalam ideologi neoliberalisme. Ideologi neoliberalisme pada gilirannya melahirkan kapitalisme global. Gabungan antara liberalisme pada tataran teoritis dan kapitalisme global pada tataran praksis memunculkan individualisme baru. Individualisme baru yang diperjuangkan dan memang berhasil direalisasikan oleh kaum neoliberalis mensyaratkan adanya pembatasan peran negara dalam mengatur ekonomi dan kehidupan sosial-ekonomi tiap warganya. Wewenang itu harus dikembalikan pada tiaptiap individu. Hal ini, jika dijalankan dalam kerangka kapitalisme global, secara niscaya akan menghasilkan masyarakat yang sejahtera (Giddens, 1999: 13). Individualisme baru yang berada di bawah paying kapitalisme global dan neoliberalisme secara fundamental berbeda dengan individualisme klasik. Dalam hal ini, individualisme baru menjadi lebih kompleks, bukan hanya sekedar kebebasan warga ketika berhadapan dengan negara, tetapi lebih merupakan kebebasan individu ketika berhadapan dengan barangbarang konsumsi. Di sini muncul kontradiksi dalam diri individualisme baru, di mana kebebasan individu untuk berkonsumsi sekaligus bisa dilihat sebagai keterikatantanda-tanda yang diperkenalkan oleh kaum kapitalis global melalui media massa.

G.  DAMPAK DAN SOLUSI DARI BUDAYA KONSUMEN

Dampak yang sangat mencolok dari budaya konsumen yaitu pola hidup masyarakat, seperti hedonisme, konsumerisme dan kapitalisme. Budaya konsumen pada dasarnya merupakan cara berfikir atau memandang seseorang yang kemudian menginternalisasi dalam kehidupannya karena dibiasakan yang akhirnya populer dan menjadi budaya massa.
Contoh nyata dari budaya konsumen yaitu TV dimana pada mulanya tujuan dari adanya TV sebagai sumber/transfer informasi, pengetahuan, dan pendidikan. Tujuan itu kini telah berubah seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi khususnya TV, Internet, dll. Tujuan semula yaitu sebagai tranfer informasi, pengetahuan dan pendidikan kini berubah 90% hanya untuk hiburan saja hal itu semata-mata dilakukan untuk merauk keuntungan materiil semata oleh para pelaku bisnis hiburan dan TV.
Sisi baik dari budaya konsumen apabila dilihat secara menyeluruh dapat meningkatkan pendapatan nasional. Artinya budaya konsumen dapat meningkatkan orang untuk giat berusaha. Melimpahnya barang – barang konsumtif dan kesan – kesan yang ada dalam televise dan media massa yang sangat menggoda orang mempunyai dampak buruk apabila uang yang dimiliki untuk membeli barang – barang konsumtif tersebut didapat dari tindakan kejahatan, seperti mencuri, korupsi, dan tindakan – tindakan lain yang merugikan negara dan bangsa seperti pengedar narkoba, dan yang lainnya.
Solusinya adalah kita jangan terpaku pada keinginan untuk memiliki barang – barang konsumtif yang terkesan mewah dan mahal yang memaksa kita untuk bersifat boros dalam membelanjakan uang. Berhematlah dalam membelanjakan uang serta Anda harus hati – hati dalam memilih barang yang ingin Anda beli. Jangan sampai Anda membeli barang – barang konsumtif hanya untuk menunjukkan status social Anda. Jika perlu, cobalah gunakan skala prioritas kebutuhan dalam membeli barang – barang konsumtif.
  

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Globalisasi sangatlah erat kaitannya dengan budaya konsumen dan permasalahan social, budaya, politik, dan khususnya ekonomi. Suatu barang terkadang digunakan untuk memperoleh prestise karena harganya sangat tinggi dan sukar diperoleh. Adapula barang seperti hadiah dan warisan yang tidak lagi dipandang sebagai barang yang diperdagangkan sehingga dianggap tidak berharga, dalam arti tidak pantas dipertimbangkan untuk menjualnya atau menetapkan harganya karena menimbulkan hubungan personal yang erat serta untuk membangkitkan memori tentang seseorang yang dicintainya.
Konsumerisme, budaya konsumen dan cara hidup masyarakat kita sudah jauh mengalami perubahan, menuju budaya dan prilaku kehidupan yang konsumtif. Prilaku konsumstif ternyata bukan hanya milik orang kaya atau orang kota, melainkan juga ditiru oleh kelompok kelas bawah dan masyarakat desa. Perubahan pola konsumtif tersebut tidak bisa tidak sebagai akibat langsung dari perkembangan teknologi komunikasi dan media, seperti TV dan media cetak lainnya. Iklan dan advertising telah memainkan peran yang tidak sedikit dengan “bujukan” dan “rayuan”nya yang dilancarkannya secara terus menerus guna men-stimuli budaya konsumsi masyarakat.
Di lain pihak, benda-benda yang dibuat untuk keperluan ritual dan mempunyai nilai simbolik, cenderung tidak diperjual belikan, tetapi pada saat yang sama dapat menaikkan nilai benda-benda tersebut. Kelangkaan benda-benda itu serta ketidakberhargaannya justru menaikkan harga dan daya tariknya.Kesenangan masyarakat terhadap benda-benda hanya sebagian saja yang berhubungan konsumsi fisik benda tersebut, dan sangat jelas berkaitan dengan manfaat benda itu sebagai pemberi ciri, misal pemakaian beberapa merek dagang.
Di samping penguasaan budaya dan informasi, orang harus mengetahui tentang bagaimana menggunakan serta mengkonsumsi secara tepat dan dengan kemudahan dalam segala situasi. Di sini selera juga mengklasifikasikan orang yang bersangkutan, dimana pilihan konsumsi dan gaya hidup melibatkan keputusan yang membedakan yang pada saat yang sama mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan pilihan selera diri sendiri menurut orang lain. Pemakalah pada kesempatan kali ini mengkaji permasalahan budaya konsumen sebagai suatu proses kebudayaan yang memiliki akibat/masalah bagi masyarakat dalam jangka panjang atau berpengaru pada struktur sosial masyarakat  dimasa depan baik itu bersifat positif maupun negatif.
Disamping itu, pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal.

0 komentar:

Posting Komentar